Menyepi di Gua Selobale

Menyepi di Gua Selobale

Klotok-Kediri masih menyimpan tempat keren untuk menyepi selain Gua Selomangleng. Yup masih ada Gua Selobale dan Gua Padedean loh Japulers. Namun kali ini kita akan membahas Gua Selobale yang tersembunyi di salah satu ketiak Klotok. Tapi Japulers perlu berjalan selama kurang lebih satu jam dari Jalan Raya Lebak Tumpang dengan mengambil titik start di Bak PDAM Klotok untuk menuju gua indah ini.

Japulers akan melewati semak dan hutan utara Klotok yang tak begitu rapat. Ambil arah ke Puncak Komando, nanti sebelum puncak ikuti jalan lurus menuju utara yang dikenal sebagai jalan sabuk Klotok. Dan teruslah berjalan sampai menemui aliran air lalu mendongaklah ke atas. Kau akan melihat mulut Gua Perwara Selobale. Walau tidak rapat, Japulers akan berkesempatan melihat hewan liar di sini, seperti burung dan ayam alas. Tetapi jangan mengganggu semak atau memutus tunggak bisa jadi di sana ada sarang Tawon. Tawon merupakan hewan buas di sini.


Gua Selobale betul - betul berada di dinding tebing, dan Japulers perlu memanjatnya. Gua ini terlindung oleh tanaman perdu dan semak di sekitarnya, bila musim hujan akan sangat sulit terlihat. Gua ini secara umum sangat teduh dengan bentuk persegi panjang menjorok ke dalam tebing sejauh empat meter dengan tinggi 180 cm dan lebar dua meter. 


Bagian dalam gua ini nyaris tanpa hiasan ornamen apalagi relief. Hanya ada hiasan tempat lampu damar di dinding dalam atau selatan. Hal yang sangat di sayangkan adalah banyaknya bekas congkelan maupun tatahan pada dinding kiri kanan gua ini. Padahal di sini ada bekas sajen dan pedupaan. Konon di dalam gua ini ada patung, yang mitosnya bila bisa mengangkatnya maka akan dapat rejeki. Mau coba ? Tak mungkin karena patunnya entah kemana. Namun ditilik dari lokasinya, gua ini sangat ideal untuk bertapa. Walau cuaca panas di musim kemarau, udara di dalam gua ini masih terasa segar dan nyaman serta masih ditembus sinar matahari walau samar. Selain itu ada sungai di depan mulut gua, yang membentuk air terjun. 


Gua Selobale memiliki tiga Gua Perwara yang ada di tebing seberang sungai. Gua ini konon sebagai tempat penjagaan dari prajurit Sang Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Utama. 


Gua Perwara 1 memiliki bentuk kotak dan terkesan lembab karena tetesan air dari langit-langit dan dinding bagian dalam. Kondisi ini menyebabkan lantai gua tergenang dan berlumpur. Gua ini berbentuk persegi panjang ke samping dengan kedalaman satu meter. Gua Perwara satu dipisahkan oleh sekat sejauh 1 meter dengan Gua Perwara 2 dan 3.


Gua Perwara 2 dan 3 membentuk seperti lubang hidung yang berdekatan dan berbentuk setengah lingkaran dengan kedalaman satu meter. Di depan kedua gua ini ada balok-balok batu berukir serta dua bilah batu geratan. Batu-batu ini belum diketahui fungsi dan kegunaanya.


Dari mulut Gua Utama, Japulers akan disuguhkan pemandangan Sungai Brantas tepatnya di Jong Biru. Artinya walau sedang bersemedi dari tempat ini, petapa masih bisa menyaksikan kondisi kota.



Air terjun sedang mengering di musim kemarau ini bisa jadi keuntungan dan kerugian. Untungnya Japulers bisa menyeberang ke Gua Perwara. Ruginya ya gak bisa mandi hehehe.


Dalam khasanah Perjalan Spritual atau Konsep Mandala, Gua Selobale menjadi mandala tingkatan kedua atau Rupadathu. Berada lebih atas dari Gua Selomangleng, dan memiliki kesederhanaan ornamen dan bentuk memenuhi syaratnya. Orang yang baru belajar tingkatan pertama tentu akan tertarik dengan pelajaran dengan tingkatan berikutnya apalagi setingkat lebih tinggi secara lokasi. Konsep rupa diwakili oleh adanya Gua Perwara untuk penjagaan sang pertapa. Penjagaan dari gangguan fisik dan lokasi gua untuk memantau kota turut menjadi lambang akan kebutuhan rupa atau duniawi. Setingkat lebih tinggi namun belum lepas dari keduniaan atau rupa. Jelas banget kan Japulers cirinya. 


Potret Gua Utama dari sungai, tampak gagah dan eksotik dengan hiasan rumput dari pohon-pohon yang mengelilinginya. Japulers disarankan ke sini musim kemarau, kenapa ? Untuk menghindari jalan tertutup semak dan rawan tak terlihat alias hilang. Well, sebelum pulang cek dulu barang bawaan, termasuk sampahmu. Bawa pulang ya gaes, alam bukan tempat sampah lho. Cintai Negeri, Cintai juga alamnya loh Japulers.


.....

Aku menyapamu wahai sepi
Ajarkan aku tentang berbicara
Bicara pada diri dan pada Ilahi

Aku kembali setelah memutari negeri-negeri
Namun sejatiku ada di sini
Di kamu, di negeri sendiri

Aku pergi kemaren
Justru untuk melihatmu dari jauh
Kadang dekat membuat samar tak jelas
Jauh, membuatnya jelas dan nampak utuh
Aku kembali, aku tak sesal

......

Melawan Dingin dengan Mandi Air Panas di Cangar

Melawan Dingin dengan Mandi Air Panas di Cangar

Terletak di dalam Taman Hutan Rakyat atau yang lebih dikenal dengan Tahura, jalur alternatif Batu menuju Malang melalui Pacet, tepatnya terletak di desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Untuk mencapai tempat ini, Japulers harus menggunakan kendaraan pribadi, karena tidak ada angkutan umum. Selama perjalanan panjang ini, pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan pohon - pohon hijau yang berbuah apel, jeruk, jambu sampai tanaman sayuran di pinggir - pinggir jalanan Taman Hutan Rakyat ini.
Baca Juga Kuliner di Malang
Sesampainya di mata air panas Cangar, ada 3 kolam utama dengan tempat berbeda - berbeda. Lokasi kolam renang pertama ada 2 kolam renang dewasa dan anak-anak, kolam dewasa besar dan dalam, sedangkan untuk anak-anak kecil dangkal dan aman. Lokasi kolam kedua adalah kolam dengan air panas, diharapkan pengunjung untuk menyesuaikan diri dengan suhu air panas yang ada disini sehingga saat berendam. Lokasi kolam renang ketiga adalah kolam renang yang disediakan untuk anak-anak yang berdekatan dengan taman bermain. Semua air panas di sini adalah aliran air panas murni dari Gunung Welirang.

Tidak perlu khawatir tentang makanan dan minuman karena di sekitar mata air Cangar ada warung makanan yang menyediakan makan siang atau makanan ringan, serta kios menjual souvenir khas Batu. Bisa juga membeli apel terkenal di sini. Selain mandi di pemandian air panas, wisatawan dapat melihat banyak hewan di sekitar pohon di luar area kamar mandi ini. Beberapa di antaranya adalah burung dan monyet liar yang masih dilindungi oleh pemerintah setempat. Silakan kunjungi musim panas Cangar ini untuk menenangkan pikiran, menghilangkan stres, dan menikmati kebersamaan keluarga Anda di sini.

Anget-anget Wedang Ronde Pasar Pahing Kediri

Anget-anget Wedang Ronde Pasar Pahing Kediri

Melintas Jalan Cokroaminoto Kota Kediri di Pasar Pahing pada malam hari, Anda akan menemukan banyak pedagang kaki lima dengan berbagai macam jenis dangangan. Salah satunya adalah wedang ronde dan cemoe. 

Namun ternyata sebagian besar penjual adalah bukan orang Kediri adalah. Mereka kebanyakan dari Jawa Tengah. Kenapa sampai orang jawa tengah berjualan ronde di Kediri? Karena gaya hidup orang-orang Kediri bersifat konsumtif dan suka camilan.Selain Ronde ada tempe bacem sebagai hidangan pendamping dan kadang ada sate usus dan sate telur puyuh.

Untuk satu porsi ronde, Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp3rb sampai Rp5rb saja. Dan untuk tempe bacem, cukup satu lembar Kapitan Pattimura saja.

Ada perbedaan antara penjual ronde asli Kediri dan Jawa Tengah, walaupun sama-sama menggunakan lampu teplok. Jika pedagang asli Kediri gerobaknya berwarna cerah, dan rata-rata kuning, sementara pedagang dari Jawa Tengah berwarna cokelat. Hidangan ronde dan camilannya ini sangat cocok untuk melawan hawa dingin yang akhir-akhir ini melanda sebagian besar wilayah Indonesia. 

Balungan Pecok, Usir Hawa Dingin Dengan Pedas

Balungan Pecok Usir Hawa Dingin Dengan Pedas

"Balungan" atau tulang-belulang sapi banyak digunakan untuk berbagai hidangan. Meski daging di balungan hanya tersisa sedikit, tetapi ternyata banyak orang yang suka balungan.

Di Kediri, ada menu balungan yang bisa dijadikan referensi kuliner. Adalah BACOK alias balungan pecok. Masakan ini bisa menjadi menu yang menarik untuk mengusir hawa dingin yang sedang melanda Indonesia. Ada banyak pilihan, ada tulang rusuk dan tulang belakang.

Sari Priti Bastiwi, manajer bisnis, mengatakan bisnis itu awalnya tidak disengaja. Dia memang suka dengan balungan sapi, dan tiba-tiba saja muncul ide untuk membisniskannya. Dia kemudian mencoba mencari rekan kerja dan merujuk ke menu yang dimasak panas pedas. Sampai saat itu, ia dan teman-temannya berhasil menemukan paduan bumbu yang yang lezat.



Cara memasak skengkel atau kaki sapi, juga iga. Skengkel atau kaki sapi yang telah dipotong menjadi dua bagian dicuci dan dimasak hingga sekitar tiga jam agar daging matang sempurna. Posisi memasak juga harus dipertimbangkan, karena ada sumsum yang juga merupakan daya tarik utama dari olahan ini.

Bisnis kuliner ini sudah ada sejak Mei 2016. Namun, hidangan ini sangat populer di kalangan banyak orang. Setiap hari, di toko ini tidak pernah sepi pembeli. Banyak yang datang ke toko untuk menikmati hangatnya balungan pedas bersama keluarga dan rekan kerja.



Harga seporsi balungan pedas antara Rp25rb-Rp35rb tergantung pilihan menu dan porsinya. Beberapa pembeli mengatakan rasa ini sangat unik. Rasa segar kuah, dicampur dengan pedas, dipadukan dengan santan yang nikmat. Selain itu, sensasi menghirup sumsum dari dalam skengkel juga enak.

Berminat mengusir hawa dingin dengan balungan pedas? mampir saja langsung ke Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No.27, Banjaran, Kec. Kota Kediri, Kediri, Jawa Timur 64129. Dekat Taman Makam Pahlawan. 

Komodo, The Island Of Dragon

Komodo, The Island Of Dragon

The island of Komodo is located in the East Nusa Tenggara islands. The island of Komodo is known as the original habitat of the Komodo animals. This island is also the area of ​​Komodo National Park. Komodo Island is located in the western part of Sumbawa Island, separated by Strait of Sape, including the Komodo district, West Manggarai regency, East Nusa Tenggara Province, Indonesia. The island of Komodo is the westernmost tip of the eastern province of Nusa Tenggara, bordering the province of West Nusa Tenggara.

Komodo Island, where Komodo animals live and reproduce well. Until August 2009, there are about 1300 tail dragons on this island. Coupled with other islands, such as Rinca Island and Gili Motang Island, the total number reaches about 2,500 birds. estimated at around 100 individuals dragons in Wae Wuul Nature Reserve on the mainland Flores island, but not including the Komodo National Park.

In addition to dragons, the island also store a variety of exotic flora, wood Sepang trees by local people used as medicine and dye clothes, tree nitak (elongated sterculia) is believed to be useful as drugs and seeds are tasty and delicious like peas

Komodo Island is very impressive, explore the exotic islands, dive into the blue sea, and kissed by the sun while watching the traces of past life are preserved and will become part of the vast beauty of Indonesia.

Komodo National Park


 It includes the island of Komodo, Rinca and Padar, as well as other islands covering an area of ​​1817 square is the original habitat of dragons.
The Komodo National Park was founded in 1980 to protect the conservation of dragons. Not only these endangered animals, Komodo National Park is also to protect various types of plants and animals, including marine animals.
UNESCO recognizes it as a World Heritage Site in 1986. Together with two other large islands, namely the island of Rinca and Padar, the island of Komodo and a little smaller that surrounds the islands continue to be maintained as the reptile habitat original, dubbed the "Komodo".

History

Nicknamed the dragon of Komodo Komodo or Varanus komodoensis or the name of the local "Ora", giant lizards, according to a story first published in 1912 in a national Dutch East Indies newspaper. Peter A. Ouwens, director of the Bogor Zoological Museum, is the one who introduced the Komodo to the world through his work. Since then, shipments and research in this rare species continue to be done, also reportedly inspired the film KingKong in 1933. Recognizing the need for protection of dragons in the midst of human activities on the natural habitat, in 1915 the Dutch government issued a ban on hunting and killing dragons.

The island of Komodo entered the 28 finalists selected by a jury of experts of 77 nominations. Previously there were 261 locations in the world that had been named as one of the seven wonders of the world.
Island of Komodo, Indonesia is a pillar in case the new 7 natural wonders have advantages over other places, especially if not dragons, endangered species are to be considered "the last of the dinosaurs on earth".
It is expected that this campaign will increase the knowledge of nature, not only in our environment but also throughout the world. as well as dedicated to future generations.

Komodo known by the scientific name is Varanus species of the largest lizards in the world living on the island of Komodo, Rinca, Flores, Gili Mota, and Gili Dasami in Nusa Tenggara. According to the locals, dragons are often called Now.
Including members of the Varanidae lizard family, and klad toxicofera, dragons are the largest lizards in the world, with an average length of 2-3 meters. Large is linked to the island gigantism, the tendency for the body meraksasanya some animals living on a small island connected to the lack of carnivorous mammals on the island where the dragons live, and the metabolic rate of the small dragons. Because of its large body, this lizard occupies the position of the superior predator that dominates the ecosystem in which it lives.

The Komodo dragons were discovered in 1910. His great body and his terrible reputation make them famous in the zoos. Komodo dragons Habitat in the wild is reduced and therefore IUCN enter the dragons as endangered species. The great lizard is now protected by Indonesian government regulations and a national park was established to protect them.


In fact, the attraction of Komodo National Park is not just from the presence of Komodo alone. As I cited from the official website of the Ministry of Forests for the Park's website management, underwater panoramic views of the savannah and the attraction of potential supporters. Marine tourism for example, fishing, snorkeling, diving, canoeing, rowing. While on the terrafer

Pulau Padar, Best Instagram Photo Spots Ever

Pulau Padar, Best Instagram Photo Spots Ever

Sebagian besar lanskap Pulau Padar diselimuti oleh padang rumput, pemandangan yang selama ini hanya Japulers nikmati dari foto instagram, sekarang ada di depan kalian. Pulau Padar dikelilingi oleh tiga teluk berwarna biru kehijauan, dan anehnya, masing-masing pantai teluk memiliki pasir berwarna yang berbeda: Yang satu berwarna putih, satu lagi berwarna hitam, dan yang ketiga adalah merah muda yang sangat langka. Ini adalah kombinasi langka. 
Pantai berpasir hitam memiliki asal vulkanik, terdiri dari berbagai mineral gelap. Merah muda, satu dari sedikit di dunia, memiliki karang merah yang terkikis ombak dan tercampur dengan pasir putih. Dan yang putih,tampak indah bak mutiara.

Padar adalah rumah bagi sejumlah satwa liar yang luar biasa, terutama untuk ukurannya. Ada enam spesies hiu, dan dua pari manta, dan banyak reptil yang berbeda. Dulu ada tiga jenis komodo di sini. Ada lumba-lumba, paus, elang, dan penyu hijau. Dan kemudian ada beberapa mamalia seperti rusa dan yang lainnya. 
Japulers dapat melakukan pendakian selama 30 menit ke puncak Padar untuk melihat pemandangan pulau yang indah, pergi berjalan-jalan selama sekitar satu jam, snorkeling, atau sekedar bermain pasir pantai yang berwarna sangat indah. Waktu terbaik adalah dari April hingga Juni, dan dari September hingga November. Bawalah tabir surya, kacamata hitam, sepatu hiking yang bagus, topi, banyak air dan bersiap-siap untuk olahraga berat, hiking.

Dung...Du...Du...Du, Du...Du...Du...Dung, Bubur Ayam Mang Dudung

Dung Du Du Du, Du Du Du Dung, Bubur Ayam Mang Dudung

Kelaparan tengah malam di Surabaya? Bikin santai aja. Ada banyak pilihan makanan enak. Bubur Ayam Mang Dudung adalah salah satu dari sekian banyak kuliner tengah malam yang siap memanjakan perut warga Surabaya atau para wisatawan.

Bubur Ayam Mang Dudung di Surabaya memang unik. Biasanya, bubur ayam adalah hidangan yang dimakan di pagi hari. Namun, lain halnya dengan bubur ayam yang lezat ini. Gerai bubur sederhana ini buka hanya pada tengah malam. Meski begitu, suasana di tempat ini tidak pernah sepi dari pengunjung.

Pertama kali pengunjung di sini akan dibuat kagum oleh orang banyak. Bahkan, tidak sedikit yang menyebut suasana ramai di warung pinggir jalan ini seperti kamp pengungsian. Semua orang datang ke tempat ini karena tertarik dengan kelezatan semangkuk bubur ayam.

Sama seperti warung pinggir jalan lainnya, di sini Anda tidak akan mendapatkan layanan khusus. Hanya ada jumlah kursi yang terbatas. Kebanyakan, pengunjung yang datang ke pedagang kaki lima ini memilih untuk makan bubur di trotoar.

Bubur ayam yang bisa didapat akan dijamin kelezatannya. Apalagi jika bubur yang dicicipi adalah Bubur Ayam Mang Dudung Spesyel. Bubur ini memiliki tekstur encer dengan berbagai toping, termasuk di antaranya adalah telur mentah, abon daging, bawang goreng, dan ayam dan jerohan.

Sebagai teman makan bubur ayam, para pengunjung juga bisa mendapatkan camilan lainnya. Camilan ini antara lain telur burung puyuh, usus ayam, dan lainnya. Untuk harganya, harganya murah. bubur ayam biasa, tanpa ayam jerohan, dipatok dengan Rp10 ribu. Sementara untuk bubur ayam spesial, bisa dinikmati dengan uang Rp15 ribu.

Bubur Ayam Mang Dudung memiliki lokasi yang sangat strategis dan mudah ditemukan. Bubur ini terletak di daerah Kedungdoro. Cara menemukannya gampang, warung ini adalah warung pinggir jalan. Ada spanduk besar bertuliskan nama kios. Yang paling penting, tempat ini selalu ramai pengunjung.